وفضل كلام الله على سائر الكلام كفضل الله على خلقه
Keutamaan
kalam Allah dibandingkan seluruh kalam-kalam lainnya, seperti perbandingan
kelebihan Allah terhadap makhluknya.
Hadits
diatas terdapat dalam sunan at-Tirmidzi, bab Fadhail al-Quran, No 3176, dan
dalam sunan ad-Darimi, nomor hadis 3419. Hadis tersebut dilabeli hasan oleh
imam Tirmidzi (w:892), artinya dalam ilmu hadis, hadis tersebut bisa dijadikan
hujjah. Begitulah nabi memberikan perumpamaan perbandingan antara kalam Allah
dengan kalam makhluk-Nya, jaraknya sama antara makluk dangan penciptanya. Bak langit
dan bumi, Sungguh sangat jauh perbedaannya.
Ada fenoma
pemahaman yang agak sedikit menggelitik, sehingga penulis terdorong untuk
menulis beberapa patah kata diatas layar berukuran 13 inci ini, mengatakan: “Ngapain
hafal Qu’an, sekarang aplikasi Qur’an sudah canggih, ngapain hafal Qur’an kan
yang penting pemahamannya… “ dan sederatan ungkapan-ungkapan yang terdengar
biasa saja namun memiliki dampak yang begitu besar. Tidak kah orang yang
mengungkapkan perkataan tersebut mengdengar hadis nabi bahwa salah satu tanda
hari kiamat adalah diangkatnya al-Qur’an di muka bumi?
Dalam hadis
tersebut tak ada keterangan bagaimana al-Qur’an itu diangkat, apakah al-Qur’an
yang ada dalam lembaran itu tiba-tiba hilang, atau hafalan-hafalan al-Qur’an
yang ada didada para penghafal tiba-tiba dicabut, atau Allah mematikan para
penghafal Qur’an ketika mendekati kiamat. Namun hadis tersebut bisa juga
berarti al-Qur’an akan diangkat di muka bumi ketika kiamat sudah dekat dengan
tidak adanya lagi orang yang ingin menghafalkan al-Qur’an akibat pengaruh
pemahaman yang mengatakan “ngapain hafal Qur’an, kan yang penting paham?”, “ngapain
hafal Qur’an sekarang aplikasi Qur’an sudah bertebaran dimana-mana”. Sampai disini
kita paham kan dampak besar perkataan tersebut?
Perkataan
lain “ngapain hafal qur’an nanti bisa mengganggu kuliah…” penulis balik bertanya,
buat apa kuliah? Ada yang menjawab supaya menjadi Alim (pandai), pertanyaan
selanjutnya, adakah ulama-ulama terdahulu Alim namun tidak hafal Qur’an? Atau
pertanyaan agak sedikit ekstrim “Apakah dengan menghafal Qur’an kita akan
menjadi bodoh?” tentu TIDAK, buktinya para khulafaurrasyidin yang 4 semua hafal
Qur’an dan ilmunya sama sekali tidak diragukan.
Khalifah Usman
RA dalam sholat malamnya mengkhatamkan al-Qu’an dalam 2 rakaat. Berkata ibnu
Mubarak: 4 dari empat imam yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam 2 rakaat, Usman
bin Affan, Tamim ad-Darii, Said bin Jubair dan Abu Hanifah. Dan coba kita
telisik biografi para 4 imam Mashab, kita akan mendapati mereka semua hafal
Qur’an, bahkan imam syafi’I diumur 7 tahun sudah hafal Qur’an sebelum beliau
menjadi faqih. Begitulah seyogyanya para penuntut ilmu untuk mendahulukan
al-Qur’an sebelum mempelajari ilmu-ilmu lain.
Penuntut ilmu semestinya memusatkan perhatiannya terlebih dahulu dalam menghafalkan al-Qur’an,
kemudian beralih kepada ilmu-ilmu lain. Bekata Imam
Nawawi:
“Para Salaf
tidak mengajarkan Hadits dan Fiqhi kecuali bagi yang hafal al-Qur’an”.
Disini penulis
menarik sebuah kesimpulan bahwa dengan menghafal al-Qur’an bukan berarti bisa
menghalangi untuk berprestasi di kuliah, menghafal al-Qur’an menghalangi untuk
menjadi Alim. Sudah banyak bukti yang menyanggah perkataan tersebut, salah
satu buktinya yaitu para sahabat nabi, ulama 4 mazhab dan juga ulama-ulama
lainnya mereka Alim namun juga hafal Qur’an, bahkan mereka sejak kecil sudah
hafal al-Qur’an, hal tersebut juga men-interpretasikan bahwa hafal al-Qur’an merupakan pondasi para salaf untuk mendalami ilmu-ilmu
lainnya.
Sebelum menutup
tulisan ini, Penulis akan menanggapi sebuah perkataan yang pernah muncul mengatakan
“Semangat menghafal al-Qur’an jika dilakukan terburu-bru maka akan
menimbulkan efek samping…” dalam ungkapannya, semangat menghafal al-Qur’an
diunpamakan dengan makan, dia mengatakan “Akan tetapi, yang namanya minuman/makanan
jikalau dikonsumsi secara berlebihan dan melebihi ambang batas, pasti akan
menimbukan efek samping” untuk menetralisir ungkapan tersebut penulis hanya
akan mengutip perkataan Amirul Mukminin Utsman bin Affan dan Huzaifah bin Yaman RA, keduanya berkata,
لو طهرت قلوبنا لم تشبع بقراءة القرآن
"Jika hati-hati kita bersih niscaya kita tak akan puas dalam membaca al-Qur'an"
Jadi akankah banyak menghafal
al-Qur’an menimbulkan efek samping? Atau malah kita perlu memeriksa hati,
jangan-jangan hati kita berkarat sehingga enggan untuk menghafal Qur'an?
Ada juga ungkapan mengatakan “jika
tujuan ke Mesir hanya untuk fokus dengan hafalan Qur’an, toh di Indonesia lebih
banyak waktu dan lingkungan khusus menghafal Qur’an yang boleh dikata lebih
efektif daripada di Mesir…” berbicara tentang lingkungan efektif untuk
menghafal Qur’an, justru di Mesir ini lah lingkungan yang sangat efektif. Dimana
mahasiswa belum mempunyai tanggungan apa-apa, belum memikirkan harus kerja apa
untuk makan besok? Belum ada istri yang harus diberi makan, belum ada umat yang
perlu dibimbing.
Beda halnya ketika berada di
Indonesia, ada perut yang meminta diisi, tentu kita akan malu untuk meminta ke
orang tua dengan status yang sudah menyandang gelar sarjana (Lc). Ada istri dan
anak-anak yang perlu diperhatikan kesejahteraannya dan ada umat yang perlu
nasehat dan ajaran dari seorang azhari. Pertanyaannya, Dengan adanya segudang
tanggungan seperti itu, apakah akan efektif lagi untuk mengahafal?
Indonesia adalah tempat memanen,
mesir tempat menanam. Tanah air adalah tempat pengabdian atas ilmu-ilmu yang
telah didapat di negeri rantau. Meminjam ungkapan da’i kondang Abdul Somad
“disinilah mesir tempat mendowload, nanti pulang ke Indonesia tempat
meng-upload…” ditambah lagi di Mesir ini ada yang tidak bisa didapatkan dengan
mudah di Indonesia yaitu sanad al-Qur’an.
Tak perlu saling menjatuhkan, jika
bisa berjalan dua-duanya kenapa tidak, kuliah sambil ngafal kenapa tidak?,
ngafal sambil talaqqi kenapa tidak? Kuncinya hanya pada manajemen waktu. Namu
jika tidak bisa berjalan dua-duanya, pilihlah al-Qur’an terlebih dahulu sebagaimana
para ulama-ulama menghafalkan al-Qur’an kemudian mempelajari ilmu-ilmu lain. Bisa
jadi dengan berkah al-Qur’an segala ilmu-ilmu mudah dipelajari. Toh segala ilmu
adalah milik Allah. Nabi berkata:
يقول الرب عز وجل من شغله القرآن وذكري عن مسألتي أعطيته أفضل ما أعطى
السائلين
Tuhan yang
maha mulia dan maha besar berfirman: Barang siapa yang sibuk dengan al-Qur’an
dan berdzikir kepada-Ku dangan tidak memohon kepada-Ku, maka ia akan kuberi
sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Aku berikan kepada orang yang
meminta. (HR. Tirmidzi)
Begitu juga ketika memilih al-Qur’an, manusia akan menjadi manusia
terbaik
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
"Sebaik-baik kalian yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya" (HR:
Bukhari dan Muslim)
Dan orang yang memilih al-Qur’an akan menjadi orang-orang pilihan,
ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا
"Lalu Kami wariskan al-Qur’an kepada orang-orang pilihan diantara
hamba Kami" (Fathir: 32)
Sungguh banyak sekali
keutamaan-keutamaan orang yang memilih al-Qur’an, namun terakhir penulis
mengakatan “orang yang memilih jalan al-Qur’an, ia bisa memberikan mahkota cahaya
kepada kedua orangtuanya di Akhirat kelak.
0 komentar:
Posting Komentar